Tahun 2008 tinggal sepekan lagi. Dengan susah payah, penuh perjuangan, mandi keringat bahkan sebagian lainnya mungkin berdarah-darah tahun ini telah kita tapaki. Tahun 2009 yang penuh tantangan sudah mengadang di pintu gerbang. Krisis ekonomi global kata banyak pengamat dan peramal bakal mencapai puncaknya di tahun itu. Lantas apa yang bisa diperbuat bangsa ini?
”Kita harus optimis bisa bangkit Mas. Kita ini bangsa besar, bangsa yang tahan banting, bangsa yang kaya sumber daya… hanya mungkin karena salah urus saja kita sekarang jadi limbung,” kata Denmas Suloyo suatu sore kepada saya dan Mas Wartonegoro di News Cafe sebelah rumah.
”Wah kalau sekarang ini bukan sekadar salah urus Denmas. Kata orang-orang pintar, ini karena efek krisis global. Bosku, waktu rapat kemarin juga bilang kita harus mewaspadai tahun depan… suku bunga naik… dolar naik… ribuan karyawan telah dan bakal di-PHK… 50% omset perusahaan yang kami punyai bakal terpengaruh dengan kondisi itu,” timpal Mas Wartonegoro.
”Walah-walah… apa memang sudah segawat itu ta Mas. Tapi menurut saya, kalau para priyagung pembuat kebijakan dan kebijaksanaan negeri ini mau cancut tali wanda, holobis kuntul baris, menyingsingkan lengan baju, barsatu saling bergandengan tangan untuk mengurus bangsa ini secara benar dan demi kepentingan rakyat, bukan kepentingan partai, golongan apalagi kepentingan pribadi saya yakin bangsa kita bisa berlayar menuju pantai harapan…” kata Denmas Suloyo.
”Ayak… sampeyan ki thik le puitis. Hambok dilihat kenyataannya ta Denmas, kasunyatan-nya. Para penggedhe malah berebut kursi kekuasaan, rebutan tahta ingin jadi penguasa. Ujung-ujungnya bisa kita saksikan, kepentingan golongan, kepentingan pribadi demi kelanggengan kekuasaan yang menjadi prioritas… akhirnya, ora wurung rakyat jelata seperti kita-kita inilah yang menjadi korban,” papar Mas Wartonegoro.
Bangsa limbung
Mendengar obrolan dua sahabat saya itu, saya jadi teringat dengan tulisan salah seorang wartawan senior Kompas Maria Hartiningsih beberapa pekan lalu yang mendeskripsikan negeri kita ini sebagai bangsa yang sedang limbung. Kata dia, pemerintah yang dikuasai orang-orang partai sekarang ini limbung dan sibuk dengan urusan kekuasaan untuk menguasai (power to survive, to control), bukan untuk melakukan sesuatu (power to do) demi kesejahteraan seluruh warga, tanpa terjebak notion minoritas-mayoritas . Penguasa abai terhadap semua di luar kepentingan politiknya sehingga daya hidup kaum muda dibiarkan meredup. Bangsa seolah berjalan limbung tak tentu arah.
Padahal, kata Maria, orang muda produktif (usia 18-45 tahun) di Indonesia saat ini sekitar 60 juta orang atau sekitar 25 persen dari jumlah penduduk. Mereka ada di tengah gempuran politik/budaya massal di ruang publik serta perebutan model dari politisi medioker yang memegang kekuasaan, menjadikan transformasi berbangsa di berbagai aspek masa transisi tidak terwujud. ”Pemerintahan jatuh pada model politik praktis tanpa panduan filosofis dan terjerembab pada konsensus suara terbanyak (atas nama ’demokrasi’, tetapi tanpa esensi), dan pasar yang tanpa etika. Yang marak di media saat ini adalah massa sebagai preman dan massa sebagai konsumen,” papar Maria (Kompas, 29/11).
Inti dari telaah kritis Maria Hartiningsih tersebut di atas adalah tiadanya semangat untuk mengobarkan daya hidup, kehendak bangsa untuk menjadikan negeri ini sebagai bangsa yang berkepribadian. Sebab, dalam kondisi seperti sekarang ini sesungguhnya yang diperlukan adalah aneka kebijakan publik yang menyuntikkan kehendak menjadi Indonesia. Indonesia yang mandiri, kokoh dan Indonesia yang disegani.
Seperti pada masa pra-kemerdekaan, ketika Indonesia terperangkap berbagai situasi global, perang, resesi, dan kepungan ideologi besar. Namun, dengan ketokohan Soekarno-Hatta, dibangunlah kehendak yang kuat untuk keluar dari perangkap itu dengan membentuk Indonesia sebagai bangsa. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Kehendak menjadi bangsa dan membentuk Indonesia itulah yang digunakan untuk menanggapi seluruh ideologi besar yang mengepung Indonesia saat itu, termasuk menanggapi AS, Uni Soviet, komunisme, liberalisme, dan lain-lain.
Jika komitmen kebangsaan seperti yang dicetuskan Soekarno-Hatta itu dikobarkan kembali, maka bangsa ini tidak akan limbung diterjang goncangan gelombang. Jangan sampai terulang bangsa ini berada di dalam perahu retak seperti digambarkan dalam nyanyian Franky Sahilatua dan dipentaskan dalam bentuk drama oleh Emha Ainun Nadjib di tahun 1992 silam.
Sebuah kondisi berbangsa dan bernegara yang kelihatannya baik-baik saja, padahal bahaya laten mengancam karena mereka berada di bahtera yang retak. Dan apa yang dikhawatirkan itu nyatanya benar-benar terjadi ketika pada tahun 1998 perahu itu benar-benar pecah berantakan menjadi prahara euforia kebebasan. Untuk membangun kembali kehendak menjadi sebuah Indonesia yang kokoh ternyata sangat sulit, rumit, harus dimulai dari nol dan membtuhkan waktu entah sampai kapan.
Tahun 2009 adalah tahun harapan, meskipun diramal bakal banyak tantangan. Bahtera yang kita naiki harus benar-benar nyaman sehingga mampu mengantarkan anak bangsa sampai di pantai impian. Pantai idaman rakyat yang menyejahterakan, gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja… bukan perahu yang retak karena dinakhkodai orang yang tidak becus seperti bait-bait lagu yang dinyanyikan Franky,
Perahu negeriku, perahu bangsaku menyusuri gelombang//Semangat rakyatku, kibar benderaku
menyeruak lautan…//
Di atas tanahku, dari dalam airku tumbuh kebahagiaan//di sawah kampungku, di jalan kotaku terbit kesejahteraan// Tapi ku heran di tengah perjalanan
muncullah ketimpangan// Aku heran, aku heran
yang salah dipertahankan//Aku heran, aku heran
yang benar disingkirkan…//
Perahu negeriku, perahu bangsaku
jangan retak dindingmu//Semangat rakyatku, derap kaki tekadmu
jangan terantuk batu//Tanah pertiwi anugerah ilahi jangan ambil sendiri//Tanah pertiwi anugerah ilahi jangan makan sendiri//Aku heran, aku heran satu kenyang, seribu kelaparan//Aku heran, aku heran keserakahan diagungkan…
Kamis, 25 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
After getting more than 10000 visitors/day to my website I thought your mulyantoutomo.blogspot.com website also need unstoppable flow of traffic...
Use this BRAND NEW software and get all the traffic for your website you will ever need ...
= = > > http://get-massive-autopilot-traffic.com
In testing phase it generated 867,981 visitors and $540,340.
Then another $86,299.13 in 90 days to be exact. That's $958.88 a
day!!
And all it took was 10 minutes to set up and run.
But how does it work??
You just configure the system, click the mouse button a few
times, activate the software, copy and paste a few links and
you're done!!
Click the link BELOW as you're about to witness a software that
could be a MAJOR turning point to your success.
= = > > http://get-massive-autopilot-traffic.com
Posting Komentar