Senin, 01 Desember 2008

Kisah santri di kampung maling…


Perasaan Tumenggung Wartanagoro campur aduk ketika dia mendengar berita bahwa para wakil dan mantan wakil rakyat di nagari Surakarta Hadiningrat dijebloskan ke bui. “Saya ini harus bilang apa ya? Kalau mengatakan senang, kok rasanya tidak etis, wong bekas kawan-kawannya ditahan malah senang. Tapi kalau bilang sedih, nanti dibilang tidak memihak kepada rakyat, tidak mendukung upaya penegakan hukum,” kata Mas menggung Wartanagoro kepada rekannya, Raden Kanjeng Mas Sulaya.
Dia memang sengaja mendatangi Denmas Sulaya untuk diajak ngudarasa perihal isu paling mutakhir di tlatah Surakarta Hadiningrat itu. Sebagai orang yang kesehariannya harus berhubungan dengan pemberitaan dan beragam isu, Raden Kanjeng Mas Sulaya merasa perlu memperoleh pencerahan dan dukungan moril dari sahabatnya itu.
“Yang semakin membuat saya sesek itu ini lho Denmas,” jelas Wartanagara sembari menunjukkan selembar surat yang ditujukan kepada kantor kalawarti tempat dia bekerja kepada Denmas Sulaya.
Surat yang dutulis tangan dua halaman folio penuh itu, kemudian disimak Denmas Sulaya. Penulis itu mengaku kakak kandung dari wakil rakyat yang kini ditahan. Dalam tulisannya yang sangat runtut itu, sang kakak tersangka korupsi itu ingin mengungkapkan betapa adiknya sesungguhnya bukanlah seorang koruptor, adiknya adalah sosok pahlawan keluarga, adiknya adalah pribadi yang rendah hati dan jujur.
“Saya ingin memberikan keterangan yang sejujur-jujurnya

Tidak ada komentar:


ShoutMix chat widget